Hari raya Galungan merupakan hari suci bagi umat Hindu di Bali. Hari suci ini diperingati setiap 6 bulan kalender Bali atau sekitar 210 hari sekali, tepatnya pada Buda Kliwon Wuku Dungulan. Masyarakat Hindu memaknai hari raya Galungan sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Ketika hari suci ini tiba, masyarakat Hindu akan melakukan serangkaian upacara dengan tujuan terciptanya keselamatan dan kerahayuan bagi alam semesta. Tentunya, perayaan hari raya Galungan selalu dinanti-nantikan oleh umatnya. Mau tahu fakta apa saja yang berkaitan dengan hari Galungan? Yuk simak artikel ‘3 Fakta Hari Raya Galungan’ berikut ini.
Penjor di Setiap Rumah
Image by Google
Yaps. Hari raya Galungan identik dengan yang namanya penjor. Penjor merupakan bambu berukuran tinggi dengan bagian ujung melengkung dan berisikan pernak-pernik, seperti hiasan berbahan janur, hasil bumi (beras, jagung, kelapa), dan kain putih kuning. Bagi umat Hindu, penjor melambangkan gunung sebagai tempat atau istana Tuhan dan segala manifestasinya. Penjor juga melambangkan kemakmuran dan rasa syukur masyarakat atas hasil bumi dari Tuhan. Biasanya umat Hindu akan memasang penjor di depan rumah beberapa hari sebelum hari raya Galungan.
Memiliki Serangkaian Hari Suci
Fakta hari raya Galungan selanjutnya adalah terdiri dari serangkaian hari suci, yaitu persiapan, puncak perayaan, dan akhir perayaan. Persiapan pertama adalah 25 hari sebelum hari raya Galungan, yaitu Tumpek Wariga. Ketika hari raya ini, masyarakat Hindu menghaturkan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya adalah perayaan hari Sugihan Jawa, yaitu hari penyucian sebelum Galungan dengan menghaturkan beberapa sarana upakara. Tujuannya adalah untuk menetralisir hal-hal negatif dari Bhuana Alit (tubuh/diri manusia).
Keesokan harinya, masyarakat Hindu akan mebanten untuk merayakan hari Sugihan Bali sebagai simbol penyucian untuk Bhuana Agung (alam semesta). Tiga hari sebelum Galungan adalah hari Penyekeban dengan makna untuk nyekeb atau mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang negatif. Tepat satu hari sebelum Galungan akan ada Penampahan, di mana umat Hindu akan membuat penjor dan menyembelih babi sebagai upakara persembahan kepada Dewa.
Setelah serangkaian perayaan tersebut, umat Hindu akan merayakan Galungan. Pada hari raya Galungan, umat Hindu akan melakukan persembahyangan di rumah dan pura. Keesokan harinya, akan ada Umanis Galungan. Biasanya hari ini identik dengan saling mengunjungi sanak saudara ataupun tempat rekreasi. Kemudian, 10 hari setelah Galungan akan ada hari raya Kuningan.
Rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan ini berakhir dengan tibanya hari Pegatwakan. Pada hari ini, masyarakat Hindu akan mencabut penjor dan membakar seluruh upakara yang ada.
Baca juga: Makna Perayaan Nyepi
Pernah Tidak Dirayakan Selama Bertahun-tahun
Beberapa tahun yang lalu, umat Hindu di Bali pernah tidak merayakan hari raya Galungan. Beberapa sumber dan lontar tidak menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Namun, hal ini menyebabkan mala petaka bagi umat di Bali, seperti banyaknya raja yang meninggal di usia muda hingga munculnya berbagai macam wabah penyakit. Oleh karena itu, raja yang menjabat saat itu melakukan pertapaan dan mendapatkan jawaban atas kegaduhan yang terjadi di Pulau Bali. Hal tersebut terjadi karena masyarakat yang melupakan hari raya Galungan.
Nah, itu lah beberapa fakta tentang hari raya Galungan. Mimin ucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan ya, semoga kita semua selalu mendapatkan keselamatan, keharmonisan, dan kerahayuan.