Fakta Unik Hari Raya Galungan di Bali

22

Sebagai wilayah dengan julukan Pulau Seribu Pura, mayoritas masyarakat Bali menganut agama Hindu. Pulau Bali juga terkenal akan budaya dan tradisi yang unik dan beraneka ragam. Budaya tersebut dapat terlihat dari banyaknya upacara keagamaan, salah satu contohnya adalah Hari Raya Galungan.

Masyarakat Hindu meyakini bahwa hari raya Galungan merupakan hari di mana kebaikan (dharma) berhasil mengalahkan kejahatan (adharma). Pada hari suci ini, masyarakat Hindu melakukan persembahyangan sebagai bentuk syukur untuk memohon keselamatan dan ketenangan. Ternyata, hari raya Galungan memiliki sejumlah fakta menarik, loh? Penasaran? Yuk, simak penjelasan fakta unik hari raya Galungan di Bali berikut!

Perayaan Sejak Tahun 882 Masehi

Sumber: Canva

Fakta unik hari raya Galungan yang pertama adalah dirayakan setiap 210 hari berdasarkan Kalender Bali, tepatnya pada Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Namun ternyata, Galungan pertama kali digelar pada tahun 894 Saka atau 882 Masehi! Hal tersebut tercatat dalam Lontar Purana Bali Dwipa. Semenjak saat itu, masyarakat Hindu rutin menyelenggarakan hari raya Galungan sesuai dengan perhitungan 210 hari Kalender Saka Bali.

Berhenti Dirayakan Selama 23 Tahun

Ternyata, hari suci Galungan pernah berhenti digelar selama kurang lebih 23 tahun! Hal tersebut terjadi pada masa pemerintahan Raja Sri Ekajaya sekitar tahun 1103 Saka. Namun, seketika terjadi musibah yang menimpa warga ketika Galungan tidak berjalan. Oleh karena itu, saat Raja selanjutnya, yaitu Sri Jayakasunu memerintah, beliau melakukan tapa brata dan semadhi. Dalam pertapaan tersebut, beliau mendapatkan petunjuk bahwa musibah yang menimpa warga karena tidak adanya perayaan hari raya Galungan. Sejak saat itu, hari raya Galungan rutin digelar dan masyarakat terbebas dari adanya musibah dan penyakit.

Penjor Menghiasi Jalanan

Sumber: Canva

Fakta unik hari raya Galungan yang selanjutnya adalah adanya penjor. Hari raya Galungan sangat identik dengan pemasangan penjor di depan rumah setiap warga. Penjor tersebut terbuat dari bambu berukuran tinggi dan melengkung di bagian ujungnya. Pendirian penjor ini adalah sebagai simbol gunung, di mana gunung merupakan tempat suci istana Dewa Brahma menurut kepercayaan agama Hindu. Selain itu, penjor juga berisikan berbagai jenis hasil pertanian, seperti buah dan umbi-umbian. Hal ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas segala anugerah yang telah mereka terima.

Tradisi Unik Perayaan Hari Raya Galungan

Beberapa masyarakat Hindu yang ada di berbagai wilayah memiliki cara tersendiri untuk merayakan hari raya Galungan. Contohnya adalah tradisi “Barongan” atau “Ngelawang Barong”. Hampir di seluruh wilayah Bali dapat menemukan tradisi ini yang sangat identik dengan pengarakan barong di sekeliling desa. Gamelan tabuh dan gendang yang mengalun asyik mengiringi pengarakan ini.

Selain “Ngelawang Barong”, masyarakat Hindu juga memiliki tradisi yang bernama “Mekotekan”. Hampir sama dengan “Ngelawang Barong”, “Mekotekan” juga melakukan pengarakan alat-alat, seperti tongkat, tombak, kayu, maupun umbul-umbul di sekeliling desa. Tradisi ini merupakan simbol penolak bencana sekaligus pemersatu masyarakat Bali.

Baca Juga: Tradisi Saat Hari Raya Galungan

Itu lah beberapa fakta unik hari raya Galungan di Bali. Rahajeng Nyanggra Rahinan Galungan & Kuningan ya semeton. Semoga kita semua selalu mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat with CS
Halo, ada yang bisa kami bantu?