Galungan merupakan hari suci umat Hindu, di mana masyarakat memaknai hari suci ini sebagai simbol kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Hari raya Galungan diperingati setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Budha Kliwon Wuku Dungulan. Pada hari suci ini, umat Hindu biasanya melakukan persembahyangan di area rumah dan pura-pura. Dalam perayaannya, beberapa daerah di Bali memiliki cara dan tradisi unik untuk menyambut hari suci ini. Mau tahu apa saja tradisi warga Bali dalam menyambut hari raya Galungan? Yuk simak artikel “Tradisi Unik Perayaan Galungan di Bali” berikut ini.
Ngelawang
Tradisi unik perayaan Galungan di Bali yang pertama adalah tradisi Ngelawang. Ngelawang berasal dari kata ‘lawang’ yang artinya pintu. Hal ini karena tradisi Ngelawang identik dengan pengarakan barong bangkung dari rumah ke rumah (pintu ke pintu). Tradisi Ngelawang biasanya dilakukan oleh anak-anak sampai usia remaja. Pada saat Ngelawang, barong bangkung akan menari dengan lihai seiring dengan musik gamelan yang mengalun indah. Kemudian, warga akan memberikan upah berupa uang kepada barong tersebut.
Masyarakat Bali percaya bahwa tradisi ini sebagai simbol untuk mengusir hal-hal negatif dan melindungi warga dari bahaya karena menggunakan barong yang merupakan lambang dari Sang Banas Pati Raja. Selain merupakan tradisi yang sifatnya sakral, Ngelawang juga berperan sebagai media hiburan bagi warga. Hal ini karena Ngelawang hanya dipentaskan pada saat hari raya Galungan dan Kuningan, sehingga warga Bali sangat menantikan tradisi ini.
Baca juga: Fakta Hari Raya Galungan
Grebeg Mekotek
Sama halnya dengan Ngelawang, Grebeg Mekotek juga merupakan salah satu tradisi yang hanya dilakukan pada saat hari raya Galungan dan Kuningan oleh umat Hindu di Desa Adat Mungu, Tabanan. Tradisi ini menggunakan kayu sepanjang kurang lebih 2,5 meter yang kulitnya sudah terkupas. Selanjutnya, warga akan menggabungkan kayu-kayu panjang tersebut menjadi bentuk piramida. Kemudian, warga akan membentuk beberapa kelompok yang akan mengikuti tradisi ini.
Para kelompok akan memilih satu orang sebagai ketua sebagai pemberi aba-aba dari atas tumpukan kayu panjang. Lalu, ia akan memberikan arahan kepada timnya untuk menabrak kelompok lain. Masyarakat sekitar percaya bahwa tradisi Grebeg Mekotek ini dapat menghalau bala atau hal-hal negatif. Selain itu, tradisi ini juga sebagai wujud permohonan untuk meminta kesuburan lahan pertanian penduduk dan memohon berkah.
Perang Jempana
Tradisi unik perayaan Galungan di Bali yang terakhir adalah Perang Jempana. Masyarakat Hindu di Desa Paksebali, Klungkung melakukan tradisi ini secara turun temurun. Perang Jempana menggunakan tandu (jempana) yang berisikan beberapa sesajen dan simbol suci lainnya. Kemudian, warga akan menggotong jempana tersebut dan terjadilah aksi saling dorong antar warga seiring dengan alunan gamelan baleganjur. Warga yang berpartisipasi dalam tradisi ini biasanya berada dalam kondisi tidak sadar. Setelah acara selesai, kesadaran mereka akan kembali ketika pemangku memercikkan tirta atau air suci.
Itu lah beberapa Tradisi Unik Perayaan Galungan di Bali yang dilakukan secara turun temurun oleh warga setempat. Sebagai generasi muda, mari bersama-sama melestarikan tradisi yang ada agar budaya kita tetap lestari dan tidak punah.